Kursus Komputer di Majalengka. Citra Telematika merupakan kursus komputer di majalengka yang memiliki pengalaman teruji.


Jl. Raya Timur No. 65, Ciborelang, Jatiwangi, Majalengka
085216667297




Artikel Penambah Wawasan:

Kursus Komputer Majalengka. Pendiri Widadi Skill Center di Solo, Jawa Tengah, Widadi, 57 tahun, ialah seorang disabilitas netra. Dia kehilangan keterampilan penglihatan semenjak berusia 3 tahun. Meski begitu, dia dapat mengajarkan tunanetra guna menguasai sekian banyak  kemampuan, di antaranya pijat, baca tulis Al Quran huruf Braille, sampai kemampuan mengoperasikan komputer dan gadget.

Siapapun dapat belajar di Widadi Skill Center tanpa dipungut ongkos alias gratis. Hanya saja, keterbatasan tempat menciptakan jumlah peserta dibatasi. Widadi Skill Center bermarkas di lokasi tinggal Widadi di Jalan Kana II Nomor 10b RT 1 RW 6, Kelurahan Mangkubumen, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta.

"Dari dulu lokasi belajarnya ya hanya di sini," kata Widadi sambil mengindikasikan ruang depan rumahnya yang disekat kayu lapis menjadi dua unsur yang sempit. Ruangan sisi unsur timur untuk kursi tamu dan melulu menampung empat orang. Adapun ruangan sisi barat guna kursus yang maksimal dipenuhi tujuh orang.


Ruang kursus tersebut masih disekat lagi guna praktik pijat yang mengandung satu lokasi tidur kecil. Saat Tempo datang pada Rabu, 28 November 2018, lantai ruang kursus itu dipakai untuk istirahat kedua cucu Widadi yang masih balita. "Sekarang muridnya tinggal empat orang dari Pajang (Balai Rehabilitasi Sosial Bhakti Candrasa Surakarta). Mereka kursus pijat tiap Minggu pukul 09.00 hingga 11.00," kata Widadi.

Rumah Widadi di Kelurahan Mangkubumen, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo. Di samping untuk lokasi tinggal keluarganya, di lokasi tinggal ini Widadi memijat, melatih di Widadi Skill Center (WSC) dan berorganisasi di Ikatan Tunanetra Islam Indonesia (ITMI) Solo. DINDA LEO LISTY / SOLO

Berdasarkan keterangan dari Widadi, sebetulnya ada tidak sedikit difabel netra dari dalam maupun luar distrik Solo Raya (eks-Karesidenan Surakarta) yang punya minat untuk kursus di WSC. Lantaran daya tampung ruang ruang belajar yang terbatas, Widadi terpaksa memberi batas jumlah muridnya maksimal enam orang per kelompok.

"Jadi sedangkan kami baru menerima murid yang nyambi (paruh waktu sebab masih bersekolah di SLB atau kuliah). Mau susunan kapan saja bisa, nanti tinggal diciptakan per kumpulan dan jadwal kursusnya," kata Widadi yang merintis Widadi Skill Center semenjak 2008.

Selain cuma-cuma dan berijazah, kursus pijat di WSC tidak sedikit diminati oleh penyandang cacat netra sebab menerapkan sistem edukasi yang efisien. "Kalau pertemuannya seminggu sekali, enam bulan baru lulus. Tapi bila pertemuannya dipadatkan, dua bulan saja bisa," kata Widadi.

Papan nama jasa pijat di lokasi tinggal Widadi yang sudah berkarat. Widadi sekarang mengandalkan papan nama di Google Maps yang lebih mempermudah para murid dan pelanggan pijatnya. DINDA LEO LISTY / SOLO


Untuk pelajaran pengajaran, Widadi mengemas bahan-bahan kursusnya dalam file berformat .txt yang bisa dipelajari muridnya di rumah melewati ponsel bicara. Dengan begitu, murid tunanetra dapat langsung praktik tanpa mesti mencatat atau menulis materi memakai huruf braille.

"Format .txt mempunyai kapasitas file sangat rendah, jadi tetap dapat dibaca memakai ponsel yang bukan android," ujar Widadi yang sudah mendidik lebih dari 90 peserta kursus. Karena terobosannya memakai materi digital, Widadi pernah mendengar pengajar penyandang cacat netra lainnya yang memandang sistem kursus di WSC melunturkan kebiasaan braille. "Padahal niatnya demi menghemat waktu. Kasihan bila siswa kursus terlampau lama, sebab biaya transportasi dari lokasi tinggal ke sini ditanggung sendiri."